Kandunganku Pecah Ketuban Dini. Selamat Jalan Malaikat Kecil ku


Saya seorang istri yang memiliki suami yang pada saat itu di vonis akan sulit memiliki keturunan. (Blog sebelumnya bisa di cek disini http://mimamea.blogspot.com/2018/05/berhasil-hamil-setelah-suami-di-vonis.html?m=1) Tidak mau berlarut-larut dalam kesedihan, kami hanya berserah diri dan tetap berusaha sampai akhirnya Allah memberikan apa yang telah kami nanti selama 2 tahun pernikahan. Ya, garis 2 pada tespack. MasyaAllah, sungguh kami tak menyangka, hingga tidak dapat kami gambarkan betapa bahagianya kami pada saat itu. Sungguh... Allah Maha Baik.


Sangat bahagia akhirnya saya merasakan apa yang dirasakan oleh ibu hamil pada umumnya, luar biasa gejolak cinta di trimester pertama, tidak ada tanda-tanda kelainan yang terjadi selama itu hingga kehamilan 4,5 bulan. Dokter memberikan selamat karena saya sudah melewati masa trimester pertama, "selamat memasuki trimester kedua ya, bu". Bahagia sekali saat dokter mengatakan itu.


Tepat dikehamilan 4,5 menjelang 5 bulan, dokter mendeteksi ada kelainan dikandungan saya, entah saat itu perasaan saya memang kalut sebelum kontrol ke dokter, ini yang dinamakan feeling seorang ibu sangatlah kuat. Benar apa yang saya rasa, ternyata dokter mengatakan hal yang tak terduga, bahwa cairan ketuban saya sangat berkurang,

 "Ibu, mohon maaf saya harus mengatakan ini, seharusnya cairan ketuban ibu tidak sedikit seperti ini, saya belum dapat memberikan keterangan pasti mengenai ini, tapi kemungkinan kandungan ibu mengalami Oligohidramnion". Kata dokter obgyn pilihan saya di RS Bunda Aliyah Depok. Terlihat raut wajah dokter yang tidak seperti biasa, itu menunjukkan hal ini sangatlah serius.


Saya tidak menjawab apa yang telah dokter terangkan, mata saya hanya fokus ke layar monitor, saya masih liat bayi saya disana. Pertanyaan pertama yang terucap adalah "Dokter, apakah jantungnya masih berdetak???"

Sedikit lega saat dokter mengatakan bahwa jantung si bayi masih berdetak normal. Secepatnya saya harus di rujuk ke dokter Fetomaternal untuk melihat kondisi si calon anak secara spesifik.

Saat itu saya masih memiliki harapan dan memacu pikiran saya untuk selalu positif, "calm down, ini akan berlalu dan semua akan baik-baik saja". Tetap saya serahkan semua pada Allah, apapun nanti yang disampaikan oleh dokter Fetomaternal.

Jujur saja, saya tidak dapat tidur setelah tau bahwa ada masalah serius yang terjadi, terlebih lagi setelah saya membaca artikel beberapa blogger mengenai pecah ketuban dini. Sangat kecil kemungkinan untuk dapat bertahan. Jantung saya berdebar semalaman, mata saya berkaca kaca, sebisa mungkin saya bendung perasaan ini, saya harus terlihat baik-baik saja dan meyakinkan ibu dan suami saya bahwa semua akan berlalu dan dapat tertangani dengan baik. Ya, pada saat itu ibu saya datang, jauh-jauh dari luar kota utuk menjenguk saya yang sedang mengandung, baru 3 hari beliau datang dan harus mendengar kabar yang tidak diharapkan ini. Berkali kali saya yakinkan bahwa semua akan baik-baik saja, suami pun saya yakinkan dengan hal serupa. Padahal sesungguhnya hati saya ini hancur, saya ingin menangis tersedu-sedu pada saat itu.


Tepat di hari yang telah di jadwalkan, saya mengambil nafas dalam-dalam sebelum mendengar penjelasan dokter Fetomaternal, sebenarnya dari awal saya telah memasang "Kuda Kuda" jika nanti ada hal buruk yang terjadi. Saya pun datang ke RSIA Hermina Depok dengan harapan yang sangat besar. Setelah menunggu 1 jam akhirnya nama saya pun dipanggil, saat itu saya pergi bersama mama, dan saya memintanya untuk tidak ikut ke dalam, cukup saya saja yang mendengar penjelasan dari dokter (yang mungkin sangat menyakitkan).


Senyum sapa dari dokter Novi tidak menggubris rasa tegang saya pada sore itu, kami pun saling berbincang, dokter meminta saya untuk segera di periksa, hasilnya pun sama yg telah di prediksi oleh dokter sebelumnya, setelah di lakmus sya di nyatakan positif Oligohidramnion (bocornya membran amnion/pecah ketuban). Saat itu cairan ketuban saya hanya tersisa kurang lebih 35%.


Iya, itulah yang dokter terangkan, pada saat itu seketika jantung saya berhenti sejenak, waktupun terasa terhenti, hidup saya rasa di ambang kekecewaan yang mendalam. Saya menarik nafas, dokter meminta maaf karena harus menjelaskan hal-hal lainnya yang terdengar sangat mengecewakan.

"Ibu, mohon maaf saya harus mengatakan ini, janin ibu dalam kondisi tidak sehat, ada beberapa kelainan yang saya deteksi, selain oligohidramnion, fetal growth restriction, ascites, effusi pleura & pericardial effusion. Janin ini harus segera di tindak lanjuti, bu. Saya harus menyampaikan bahwa janin ibu tidak akan bertahan lama". Dengan terbata-bata dan sangat hati-hati dr.Novi menerangkan itu.

Kembali saya menarik nafas, yang saya sebut hanyalah Allah SWT, maha penolong, maha pendengar & pengabul doa. Saat itu saya hanya meminta mukjizat dari Nya, berharap keajaiban kembali datang pada detik itu.

Tak mau putus asa, saya pun bertanya,
"dokter, apa hal yang harus saya lakukan? Meskipun dokter bilang janin ini tidak akan bertahan lama tapi saya masih ingin berusaha semaksimal mungkin buat calon anak saya, tidak mungkin saya diam saja dok".

Dokter pun kembali menjelaskan 
"Ibu, janin ibu saat ini masih berdetak, itu merupakan kekuasaan Allah, karena secara medis, jika cairan ketuban mengalami kebocoran, maka janin akan berhenti berdetak. Ada 1 terapi untuk mempertahankan janin ibu, saya sarankan untuk Amnion Infusion, tapi sekali lagi saya mohon maaf, tetap kemungkinan sangat kecil untuk dapat bertahan, tapi kita punya Allah bu, kami hanyalah seorang Dokter, ada Allah yg maha pemberi mukjizat, kita serahkan semua kepada Allah ya bu, saya akan bantu semaksimal saya". Begitulah yang disampaikan dr.Novi untuk menyakinkan saya.

Alhamdulillah, saya sedikit lega pada saat dokter menyarankan terapi tersebut, saya tidak memikirkan besar atau kecilnya kemungkinan dapat bertahan, yang penting kami akan berusaha apapun demi si calon buah hati.

Saya pun di rujuk ke beberapa rumah sakit yg berkompeten, pilihan kami jatuh pada RSUP Fatmawati Jakarta Selatan. Kami kembali kerumah untuk mempersiapkan barang-barang selama nanti di rumah sakit, sembari mempersiapkan mental dan batin yang masih terbilang labil.
Keesokan harinya dengan semangat dan harapan yang sangat besar saya siap untuk segalanya.
Saya langsung di tindak setiba dirumah sakit, saya pun langsung di inapkan untuk di lakukannya observasi. Di rs tersebut saya di tindak oleh dr. Aditya Rangga Putera, Sp.OG dan dokter lainnya yang sungguh memberi saya semangat, apapun nanti hasil dari observasi tersebut.

Saya sungguh pasrah pada saat itu, hari pun berlalu, tapi tidak pada rasa kegelisahan saya yang tertanam dalam. Sebisanya saya berpikir positif, anak kami pasti bisa bertahan, saya terus memacu hati dan pikiran saya bahwa saya akan segera pulang dengan kondisi yang diharapkan.

Suami saya tetap setia mendampingi dan tak hentinya memberi semangat, kami lalui hari demi hari di rumah sakit dengan suka cita, rasa bahagia karena di sampingi ibu dan suami yang penuh cinta.


Hari berlalu, matahari pagi kembali bersinar, pagi itu dokter memanggil suami saya untuk memberi informasi bahwa kandungan saya harus dihentikan, bayi yang saya kandung harus segera di keluarkan secepatnya. Telinga saya mendengar percakapan yang suaranya masih bisa saya jangkau, setelah itu dokter berbicara apa yang harus dia bicarakan kepada saya, genggaman erat saya raih dari tangan suami saya. "La hawla wala quwwata illa billah" Hanya itu yang saya ucapakan.

Hasil observasi tidak mendukung saya untuk melakukan amnion infusion, berdasarkan hasil lab' leukosit saya jauh diatas normal, yang seharusnya dibawah 10.000, hasil saya saat itu diatas 14.000, amnion infusion tidak dapat dilakukan karena akan berdampak buruk bagi kesehatan saya dan beresiko sangat tinggi, satu-satunya yang harus dilakukan adalah proses persalinan. Ya, anak kami harus segera di lahirkan.
Tidak ada harapannya lagi untuk bertahan kecuali ada campur tangan Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Saya pun di pindah ke ruang bersalin, saya tertunduk lemas di kursi roda dengan tatapan kosong, ya Allah saya ingin hari itu berhenti sejenak agar saya masih bisa merasakan bayi ini di dalam perut saya.
Ah sudahlah, saya menepis permohonan itu. Saya harus ikhlas, saya berhenti berharap, bukan artinya saya putus asa, saya mencoba untuk merelakan ini semua terjadi.

Setelah berada di ruang bersalin, induksi pertama pun dilakukan, hingga esoknya, esoknya dan esoknya lagi, saya di induksi hingga 14x tapi kontraksi pun belum saya rasakan, dokter pun mulai heran dan akhirnya melakukan pemasangan kateter (balon). Entah itu apa dan bagaimana metodenya, hingga saya merasakan sendiri, subhanallah rasanya.
Untuk pertama kalinya selama di RS, air mata saya mengalir, tak bisa terbendung begitu pecah air mata ini, pemasangan kateter balon untuk memacu kontraksi sangatlah menyakitkan, saya hanya pasrah pada saat dokter melakukan tindakan.

Setelah pemasangan selesai saya kembali ke kamar, walaupun dengan rasa nyeri yang luar biasa' saya menunjukkan bahwa saya baik-baik saja di depan suami dan ibu saya, sungguh saya tak ingin terlihat terluka, mereka harus melihat saya kuat selama proses ini.

Tepat 2 jam setelah pemasangan kateter, kontraksi awal pun dimulai, masih standar rasa sakit itu, semakin waktu berlalu gejolak cinta dari anak kami semakin terasa, dokter mengamati saya hingga datang saatnya tiba untuk melahirkan.

Saya pun di pindah ke ruangan bersalin, ruangan kecil yang sangat dingin. Dokter dan para suster menangani saya dengan sangat baik, penuh dengan cinta. Memberi saya semangat tiada henti, suami pun demikian, selalu ada disamping saya.

Perlahan saya mulai meringis, menitikkan air mata yang tak bisa saya tahan lagi. Terlihat berbagai macam peralatan dokter yang membuat saya takut. Setelah pembukaan sempurna, akhirnya saya melahirkan secara normal, jujur saja pada saat itu saya sangat bingung apa yang harus saya ucapkan, antara Alhamdulillah atau Inalillahi. Saya memandangi bayi saya yang tidak bergerak sama sekali. Ya, sudah bisa di simpulkan sendiri bagaimana kondisinya.

Beberapa hari sebelum saya di eksekusi, dokter menyampaikan bahwa jantung si bayi masih stabil, tetapi pada saat eksekusi (melahirkan) di lakukan, di pastikan bayi tidak dapat tertolong dikarenakan paru-parunya belum matang / belum sempurna, tidak bisa dilakukan pematangan paru-paru karena usia kandungan masih di bawah 26 minggu. Kembali lagi dokter mengatakan, jika ada campur tangan Tuhan insya Allah calon anak kami dapat tertolong, jikapun dia kuat' dia akan stay di inkubator untuk mendukung kelangsungan hidupnya hingga perkembangannya sempurna, tapi Allah berkehendak lain, ini adalah rencanaNya dan saya yakin Allah tidak pernah salah mengenai apapun yang telah di kehendakiNya.

Pada saat itu di usia kandungan 20 minggu kurang 2 hari, tepatnya hari Selasa, tanggal 31 Juli 2018, tepat pukul 20.15 WIB anak kami lahir dengan proses yang sangat panjang & penuh perjuangan, tapi saya sangat bersyukur, saya lega sesaat setelah melahirkan walaupun sesungguhnya hati saya sangat lah pilu.

Mata saya hanya fokus mengarah ke jasad si bayi, saya melihat raganya yang membuat hati saya berdecak kagum, kulitnya sangat putih, semua yang ada di raganya sangat lah sempurna. Dia berjenis kelamin laki-laki, kami pun telah mempersiapkan nama untuknya, Abimanyu Malik Nalendra, cukup di panggil Mas Binyu, menurut saya itu panggilan yang unik dan lucu.


Pasca mas Binyu lahir, saya masih diruangan bersalin untuk proses pembersihan, diruangan itu saya melihat suami saya menggendong jasad mas Binyu, sungguh itu pemandangan yang sangat menyentuh hati, pemandangan yang sangat indah. Ibu saya pun masuk keruangan tersebut untuk melihat cucu ketiganya itu, kami pun terkejut karena ternyata ibu saya sangat histeris, beliau menangis setelah melihat Binyu, tidak dapat tertahankan, teriakan dan tangisannya begitu kencang, menangis tersedu sedu di pelukan saya.

Saya berusaha tenang, yang saya ucapkan hanyalah "sudah ya Ma, aku baik-baik aja,  tidak apa-apa dia kembali ke Allah, Ma..."

Berharap ibu saya segera tenang, beliau pun kembali memperhatikan jasad mas Binyu, di elus-elusnya badan mungil cucu nya itu. Ukuran badan Binyu sangatlah kecil, saya tidak dapat menjabarkan seberapa mungil badan mas Binyu.

Pada malam itu juga Binyu ditempatkan di ruang jenazah, dan saya kembali ke ruang kamar inap untuk proses pemulihan. Semakin malam semakin pilu rasanya, saya terus-terusan membayangkan badan mungilnya yang masih terasa di genggaman saya. Lagi-lagi saya harus menahan tangis di depan ibu saya, saya tidak mau terlihat rapuh, karena saya tau hati ibu saya saat itu sangatlah hancur, saya harus terlihat kuat di depan semua orang.


2 hari setelah di lahirkan, mas Binyu akan segera dimakamkan, kami sekeluarga sepakat memakamkan dia di pemakaman neneknya (ibu dari suami saya). Ada sedikit cerita pada saat hari H mas Binyu akan dimandikan, saya kekeh tidak ingin menemuinya di kamar jenazah dan lebih memilih untuk istirahat dikamar saja, saat itu saya takut akan histeris & susah merelakan kepergian mas Binyu, tapi pada saat dikamar sendirian justru ada dorongan untuk segera menemui Binyu untuk yang terakhir kalinya. Saya pun ke kamar jenazah atas ijin suster & didampingi oleh security. 
Tiba dikamar jenazah, saya sudah tidak sempat melihat Binyu dimandikan, hanya sempat melihat Binyu di bacakan doa. Setelah itu saya memberanikan diri untuk menggendong sembari memberikan senyum tipis pada anak 1 hari itu. Entah Allah kasih saya kekuatan apa, setetes pun air mata tidak mengalir. Saya tidak ingin menjadikan perpisahan ini dengan banjir air mata, saya harus tetap tegar sembari menimang jasad mas Binyu.

Pada saat itu saya berbisik padanya, "Mas, nanti kita akan bertemu lagi, mas Binyu bobonya sama nenek dulu ya. Selamat jalan mas Binyu"

Binyu pun dibawa ke pemakaman dan saya kembali ke kamar dengan perasaan yang sangat lega.

Sungguh Allah Maha Baik telah memberi saya kekuatan yang luar biasa ini.  

Tahu kah kalian mengapa Allah memberi saya cobaan ini? Sungguh, awalnya ini di luar pikiran saya. Setelah di observasi ternyata ada kelainan serius di otak kecil mas Binyu, jika pun dia bertahan, dia harus menggunakan alat bantu oksigen seumur hidupnya. Itu lah mengapa Allah memberi saya pecah ketuban dini, biar terjawablah semua, bahwa Allah tidak ingin membiarkan anak saya sakit-sakitan di dunia, Allah tidak ingin membiarkan saya dan suami menanggung biaya yang tentunya tidak sedikit, Allah masih memberikan kami waktu untuk berdua lagi. Allah sungguh sangat baik, saya sangat bersyukur dengan kejadian ini, meskipun harus kehilangan buah hati yang telah kami nanti.

Dari kejadian ini, tak ada hentinya saya mengucap syukur karena ini adalah jalan dari Allah yang terbaik. Tidak munafik, bahwa pada awal kejadian' saya sempat kecewa pada Allah dan bertanya "Ya, Allah, secepat ini kah?? Mengapa Engkau memberi saya hamil hanya sebentar??"
tapi setelah saya paham yang sebenarnya, saya sungguh sangat beruntung menjadi orang pilihanNya.

Ada juga kekuasaan Allah lainnya yang masih tertanam di hati saya, bahwa detak jantung mas Binyu masih normal, padahal secara medis' jika kandungan mengalami pecah ketuban dini, otomatis dia akan meninggal di kandungan, tapi anak saya sungguh kuat, dia mampu bertahan tanpa air ketuban selama lebih 2 minggu lamanya, Subhanallah. Ibarat kata' kita masuk ke dalam ruang sempit tanpa udara dan makanan, tapi masih hidup selama itu. Luar biasa kamu berjuang, Nak. 

Walaupun kamu sakit, tapi kamu memperlihatkan betapa berjuangnya dikandungan ku.

Ada kalimat dalam sebuah buku , "Ruh sang bayi merindukan kita juga". 
Iya itu benar, ruh anakku masih ingin bertahan di kandunganku, tapi Allah berkehendak lain, karena itulah yang terbaik.

Nak, kami orangtua mu telah melewati masa-masa penantian - mendapatkan - menjaga, hingga akhirnya kehilanganmu. Kami baik-baik saja nak, kami sangat ikhlas karena Allah sangat sayang pada kita.

Dear anakku, terimakasih telah berjuang selama ini, terimakasih atas cintamu selama 5 bulan di dalam perutku, tidur lah yang nyenyak nak, walaupun kamu belum sempat berlari-larian di dunia, kini kamu dapat bermain sepuasnya di Surga. Nanti kita semua pasti akan bertemu lagi.

Salam sayang dariku untukmu, anak hebatku.. :)


 
 
 




Komentar

  1. Yang sabar ya mba... Allah tau yg terbaik buat mas Binyu.. *ikutan nangis bacanya, jd inget saat dl harus kuret stlh br bs hamil di 3,5thn pernikahan.. 😭

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hallo mbaa.. Kita sama-sama pernah merasakan kehilangan calon buah hati ya, semoga kita selalu berbaik sangka pda Allah, karna apapun kehendakNya itulah yg terbaik. Semangat 😉😉

      Hapus
  2. Allahuakbar, nangis baca postingan embak, penasaran sama postingan embak sblmnya. Dan sya baca sampai habis, lalu baca postingan yang ini, Allahuakbar.. Embak benar2 wanita kuat.. Semngatt mbak.. ����

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih udh mampir di blog saya. Salam kenal & semangat jg buat mbak, semoga Allah selalu melindungi mbak & sekeluarga. Amin❣

      Hapus
  3. Baca dari awal, benar2 memotifasi saya mba, saya sudah menikah 3 tahun blm dikasih momongan.. semoga cepat dikasih momongan lagi ya mba, semoga aku juga bisa hamil.. karena keluhan suami mba sama seperti suami aku

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semangat terus yaa mbak, smoga kita tetap jadi wanita yg tidak mudah putus asa. Selalu berbaik sangka pada Allah apapun yg terjadi. Terimakasih atas doanya ya, doa terbaik juga buat mbaknya, smoga slalu sehat & lekas diberi momongan ❣

      Hapus
  4. semangat ya mba ,,,insya Allah mas Binyu menunggu di pintu syurga,, :)
    kita sama mba,, dtinggalkan anak itu rasanya sakit sekali,,tp berharap ridho dan pahala atas rasa sakit ini,,
    bedanya sm mba,, anakku meninggal di usia 3 bulan 19 hari,, :'(
    aawalnya sulit bgt,, tapi dg berjalannya waktu,, bisa menerima takdir Allah,,
    :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hallo mbak, semangat jg yaa. Insya Allah nanti akan ada gantinya yang lebih sehat, amin. Benar mbak, semua terjawab oleh waktu, semakin lama saya bisa menerima takdir ini. Kita sama2 saling mendoakan yaa mbak, makasih banyak semangatnya 🙏😊

      Hapus
  5. Sedih banget baca blog km mba. Aku jadi keinget calon debay aku yg udah 3x dipanggil kembali sama Allah.. 1x hamil ektopik, 2x keguguran.. tetap semangat mba.. pasti indah pada waktunya.. insyallah kita segera dititipkan rejeki anak yg soleh dan soleha.. aminnn

    BalasHapus
  6. jujur aku nangis baca blog kmu mba.. kmu kuat sekali.. aku maret lalu jg habis keguguran di usia kandungan 4 minggu :(
    tp begitu membaca blog ini dan melihat besarnya ketabahanmu mba sy jadi malu.. blog kmu membuka mata dan pikiranku utk bersyukur pada Allah apapun hal yg terjadi..terimakasih mba..semoga kita segera dikasih momongan yg kuat, sehat & sempurna dari Allah. Amiiin

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berhasil Hamil Setelah Suami di Vonis Teratozoospermia 99%

Berhasil hamil (lagi) - Simak Vitaminnya - PENANTIAN 3 TAHUN

Review Dr. Bambang Karsono Spog, KFM di Klinik Moegni Jakarta